Pemantapan Rock Climbing dan Navigasi Diksar XXVI Mahafisippa


Jum’at, 13 Januari 2012

Langit menggulung hitam samar-samar suara gemericik air terdengar, deras semakin deras dan pelan pelan reda kembali. Aroma tanah kering yang tersiram air tercium. Begitu khas dan memberi efek ketenangan tersendiri. Di dalam Pink Office, peserta Diksar XXVI beserta para pendamping telah bersiap-siap untuk keberangkatan pemantapan. Ada yang repot dengan cariernya (tas gunung), ada juga yang sibuk dengan perlengkapannya. Tepat pukul 13.20, Diksar XXVI beserta para pendamping melakukan apel untuk pemberangkatan Pemantapan Rock Climbing dan Navigasi. Sama seperti diksar yang telah kami lalui, pemantapan kali ini bertempat di Karang Lo dan Tlogo Dlingo. Seusai doa, “MFP so” pun dilakukan untuk memicu semangat kami. Tanah yang basah menjadi saksi bisu yang mengiringi perjalanan menuju halte depan kampus untuk naik bus yang mengarah ke Karang Lo.
Semua peserta Diksar XXVI ikut andil dalam Pemantapan Rock Climbing dan Navigasi ini. Meskipun kami hanya bertujuh, namun carier yang dibawa berjumlah sembilan karena dua carier yang lain berisi perlengkapan RC. Tak lebih dari 10 menit bus yang kami tunggu datang,yaitu bus Gaya Putra dengan biaya Rp. 5.000,- / orang. Bus secara pelan-pelan melaju menuju terminal terakhir yakni terminal Matesih. Jalan yang naik-turun dan berkelok-kelok pun kami lalui. Sampai di suatu terminal, Udin sebagai sie transportasi teriak “ayo turun udah nyampek nih” sontak kami terbangun dan siap untuk turun. Namun tipuan belaka, tertulis terminal Karanganyar yang bukan tujuan kami. Jam tangan menunjukkan pukul 15.10 ketika kami tiba di terminal Matesih. Satu per satu turun membawa cariernya masing-masing. Keluar dari terminal Matesih kami langsung disambut oleh mini bus yang akan mengantarkan kami menuju Karang Lo dengan biaya Rp. 3.000,- / orang.
Pukul 15.30 kami tiba di Karang Lo. Karena hari akan semakin petang maka kami mempercepat langkah untuk menggambil air di masjid Jami’ yang terletak tepat di belakang kelurahan. Kemudian kami bergegas menuju gua di bukit Karang Lo. Kami harus melewati sawah penduduk kemudian jalan turun menyeberangi sungai dan melewati jalan-jalan setapak dan scrambling di tebing batu yang menanjak. Hal ini tidaklah menyurutkan semangat kami. Tepat pukul 16.45 kami sampai di mulut gua yang terbuka lebar seakan menyambut kedatangan kami. Ingatan kami melayang-layang bermuara pada memori yang lalu, ya disinilah tempat diksar yang sebulan lalu kami tempati. Dinding-dinding gua yang bertekstur dan tetesan air yang menimbulkan nada yang unik menjadi saksi lahirnya setiap angkatan diksar. Kini kami disini datang kembali untuk menyelesaikan pemantapan. Meski langit tidaklah cerah, celah gua tetap memancarkan cahaya. Kami segera sigap terhadap tugas masing-masing.
Mega merah di ujung barat telah masuk ke peradapannya,menyisakan bintang yang gemerlapan menghiasi angkasa yang luas. Kami yang telah kenyang oleh menu makan hari ini melanjutkan kembali kegiatan, yakni EB (Evaluasi danBriefing). Ini adalah EB pertama kami, namun sudah terjadi kemoloran waktu sekitar 1 jam. Satu persatu dari kami bergiliran mengevaluasi kinerja setiap sie, komandan, kegiatan, hingga evaluasi umum. Kurangnya persiapan merupakan penyebab utama terjadinya banyak evaluasi. Namun kami tidak berkecil hati, evaluasi membuat kami semakin tertantang untuk melakukan yang lebih, lebih dan lebih baik lagi, bahkan menjadi yang terbaik. Kegiatan selanjutnya adalah ronda yang dibagi menjadi 3kelompok, setiap dari kami harus menemani sang waktu seratus menit hingga pagi menjelang.


Sabtu, 14 Januari 2012

Waktu menunjukkan pukul 05.00, Destin dan Dika segera bergelut dengan peralatan masaknya dan yang lain menjalankan tugasnya masing-masing. Tak terasa matahari telah menyorotkan sinarnya menandakan hari sudah mulai siang. Kami bergegas untuk melahap makan pagi dengan ditemani 2 gelas teh hangat. Setelah semua selesai kami langsung packing dan persiapan menuju Tebing T15. Pukul 07.10, dipimpin oleh koordinator kami segera melakukan doa dengan posisi melingkar. Seusai doa kami bergegas menuju tebing T15.
Terik matahari mengiringi setiap langkah kaki perjalanan kami. Batu-batu terjal merupakan medan yang harus kami lalui. Bahu-membahu kami menurunkan carier menuju tebing T15. Tepat pukul 07.35 kami sampai di tebing T15. Dari atas tebing terlihat pemukiman penduduk dan sawah terbentang luas. Bayang-bayang keindahan telah merasuki pikiran kami, menyejukkan hati kami dan memberi energi positif pada kami. Dika dan Destin bergegas melakukan check listdan distribusi alat RC, Jaya dan Kak Binti membuat anchor, sedangkan yang lainnya buat bivak. Setelah semua selesai kami melakukan pemanasan untuk melemaskan otot.
Pukul 09.25 pemanjatan dimulai. Ada dua jalur yang harus ditempuh yaitu jalur kiri dan jalur kanan. Pada jalur kiri pemanjat pertama dilakukan oleh Jaya, pemanjat kedua Alva, pemanjat ketiga Tika dan cleaner Udin. Sedangkan pada jalur kiri pemanjat pertama dilakukan oleh Destin, pemanjat kedua Dika dan cleaner Wawan. Jaya berhasil mencapai top pertama pada jalur kiri, sedangkan Destin masih berada di tengah-tengah tebing. Poin demi poin berhasil diketemukan dan akhirnya Destin juga berhasil mencapai top. Pemanjat kedua pada jalur kiri dan jalur kanan mulai naik. Alva dengan di belay Jaya berusaha naik, namun karena bentuk tebing yang cekung dan licin, Alva kesusahan dan akhirnya terjatuh. Di jalur kanan terlihat Dika berusaha naik, memindahkan dari poin satu ke poin lainnya dan akhirnya Dika berhasil mencapai top. Pada jalur kiri terlihat Tika sudah mulai naik, namun alhasil Tika juga terjatuh dan tidak berhasil mencapai top.
Matahari terasa diubun-ubun, kami langsung melakukan cleaning. Pada jalur kiri dilakukan oleh Udin dan pada jalur kanan dilakukan oleh Wawan. Selesai cleaning kami istirahat dan makan selama 30menit. Pukul 13.00 pemanjatan yang kedua di mulai, kali ini kami bertukar posisi yang awalnya di jalur kanan berganti ke jalur kiri begitu juga sebaliknya. Pemanjat pertama jalur kiri dilakukan oleh Wawan dan pemanjat pertama jalur kanan dilakukan oleh Alva. “Bruk,,.” secepat kilat kejadian itu terjadi di depan mata kami, Wawan tergeletak dengan posisi kepala dibawah. Kepanikan memenuhi relung-relung hati kami, terutama Destin sebagai belayer dari Wawan yang merasa bersalah atas ketidaksiapannya. Namun kami sangat bersyukur, tidak terjadi sesuatu yang serius. Selang beberapa menit Alva berhasil mencapai top. Pemanjat kedua jalur kiri adalah Dika, dan jalur kanan adalah Tika. Namun keduanya terjatuh dan tidak berhasil mencapai top. Langit hitam disertai kabut menjadi pemandangan di sore ini. Sang koordinator pun memutuskan untuk menghentikan pemanjatan. Sebelumnya cleaning di jalur kiri dilakukan oleh Destin dan di jalur kanan dilakukan oleh Jaya. Pergerakan kami percepat sebelum hujan mengguyur kami. Dika dan Destin segera men-check list alat RC dan yang lainnya bongkar bivak.
Waktu menujukkan pukul 17.10, kami melakukan perjalanan menuju gua. Sampailah kami di gua pada pukul 17.30. Kami bergegas melakukan tugas masing-masing. Pukul 19.15 makan malam siap kami santap, kami pun berebut sendok suap demi suap. Selesai makan kami melakukan EB pada pukul 20.00 yang dilanjutkan dengan rondasecara bergiliran.


Minggu, 15 Januari 2012

Minggu pagi yang cerah, tepatnya pukul 05.00 kami Diksar XXVI telah bangun dan siap melakukan tugas masing-masing. Pukul 06.45, makanan siap dihidangkan dan kami pun langsung menyantapnya. Ditemani segelas susu coklat penambah stamina kami. Waktu menunjukkan pukul 07.20, kami bergegas dan melakukan doa sebelum berangkat menuju tebing T25. Tebing T25 memiliki jarak lebih jauh dari tebing T15 dan waktu yang diperlukan pun jauh lebih lama. Tepat pukul 07.45 kami sampai di tebing T25. Destin mempersiapkan alat RC yang dibutuhkan pemanjatan, dan Jaya didampingi KakBinti membuat anchor pengaman diatas tebing.
Pukul 09.00, kami siap melakukan rapling sesuai dengan no.reg terkecil. Setiap peserta gemetaran ketika melakukan rapling dikarenakan oleh tingginya tebing. Kini semua peserta pemantapan berada dibawah tebing dan siap melakukan pemanjatan dengan teknik top rope. Poin yang kecil dengan jarak yang jauh menyulitkan kami dalam melakukan pemanjatan. Dengan penuh semangat, kami berusaha mencapai tebing ini, namun alhasil kami gagal mencapai puncak tebing. Hanya Jaya yang berhasil sampai top, sedangkan Destin dan Wawan hanya berhasil melalui 2/3 dari tebing. Dika, Tika, Alva dan Udin belum sampai tengah tebing sudah terpelanting. Pukul 12.00 kami mengakhiri pemanjatan untuk beristirahat dan makan.
Pukul 14.00, kami bergegas melanjutkan perjalanan menuju masjid Jami’ yang terletak tepat di belakang kelurahan Karang Lo.Tampaklah sawah dan perkebunan mendominasi vegetasi sekitar. Setelah sampai di perkampungan dan masuk kembali dalam peradaban, kami bergegas mencari kamar mandi untuk membersihkan diri. Waktu menunjukkan pukul 15.00, kami siap dengan pakaian lapangan, menuju tujuan kedua yaitu Tlogo Dlingo. Dengan mini bus kami melaju ke arah Tawangmangu. Tepat pukul 15.25 bus berhenti di terminal Tawangmangu. Udin sebagai sie transportasi dan Destin segera mencari transport menuju Tlogo Dlingo. Di situ terjadi adu mulut antara kami dan sopir L300. Kegiatan tawar-menawar yang terlihat anarkis dan tegang pada akhirnya disepakati dengan harga Rp.6000,- / orang. Lantas L300 pun melaju menuju Tlogo Dlingo.
Pukul 16.10, kami sampai di rumah Mbah Mo, yaitu basecamp untuk menitipkan peralatan RC. Sebelum melanjutkan perjalanan menuju camp pertama, kami membeli bakso ojek untuk mengganjal perut yang mulai keroncongan. Langkah kaki kami percepat, hari mulai gelap, hujan pun turun menambah licinnya jalan yang dilalui. Waktu menunjukkan pukul 17.00, ketika kami sampai diMrutu, dan segera mengeksplore tempat untuk mendirikan bivak. Alva dan Dika menyiapkan makan malam, Wawan, Destin dan Tika buat bivak, Udin menyalakan lambad dan Jaya mengambil air. Setelah semua selesai kami langsung makan malam. Makan bersama di alam yang dinaungi atap langit dan tajuk hutan seperti ini menjadi sebuah acara yang paling nikmat yang selalu kami rindukan. Di situ rasa ego punah. Pukul 21.00 kami lanjutkan acara yaitu EB.


Senin, 16 Januari 2012

Tepat pukul 05.00 kami bangun. Cuaca begitu cerah, pemandangan terlihat indah, dan bukit-bukit terpampang memamerkan keindahannya. Jaya dan Dika pun langsung menyiapkan kompas, peta, dan protaktor untuk melakukan ormed dan orpet untuk mendapatkan sudut tembakan. Dalam resection kami menembak puncak 2054 dan puncakBTN. Pasalnya pada hari ini kami harus mencapai dua puncak sekaligus yaitu puncak Mongkrang dan turun melewatipuncak 2054. Tidak hanya sampai disitu kami juga harus mencari tempat camp dengan titik koordinat (79,88 ; 36,04) yaitu di daerah Samin.
Makan pagi telah siap, kami bergegas untuk makan dan kemudian packing. Sinar matahari telah menampakkan wujudnya dan waktu menunjukkan pukul 08.35. Kami siap melakukan perjalanan menuju puncak Mongkrang. Baru beberapa langkah berjalan, kami sudah tersesat karena ketidakpiawaian dalam membaca peta. Perjalanan selanjutnya sesering mungkin kami melakukan ormed dan orpet agar jalur yang di tempuh tetap konsisten. Dengan cucuran keringat langkah kami percepat untuk melewati hutan sampai akhirnya tiba di jembatan Setan. Di situ kami melakukanResection kembali dengan menembak puncak 2054 dan puncak Sidoramping. Perjalanan pun kami lanjutkan,jalan menanjak dengan diiringi sabana ilalang yang menambah keindahan pun harus dilalui.
Pukul 11.15 kami sampai puncak Mongkrang dengan ketinggian 2147mdpl, beristirahat sejenak dan berfoto-foto ria. Tak berapa lama kabut datang, kami pun bergegas turun dari puncak Mongkrang. Perjalanan kami lanjutkan menuju target kedua yaitu puncak 2054. Namun sebelumnya kami makan dan istirahat di jembatan Setan. Langit gelap disertai kabut tebal menyulitkan kami untuk melakukan resection. Kami pun melanjutkan perjalanan dengan bekal peta dan kompas. Kurang dari 40menit kami sampai di target kedua yaitu puncak 2054. Untuk sekali lagi kami berfoto-foto untuk mengabadikan tempat yang tak akan pernah kami lupakan. Waktu menunjukkan pukul 13.10, kami bergegas untuk mencapai target terakhir yaitu camp dengan koordinat yang telah ditentukan.
Dengan semangat kami melanjutkan perjalanan. Meski punggungan dan lipatan harus kami lalui, tapi itu tak menyurutkan langkah kami. Namun setelah melewati perjalanan yang panjang, tempat camp tidak kunjung diketemukan. Ternyata kami salah jalur dan terpaksa harus memutar beberapa punggungan dan lipatan untuk memperoleh jalur yang benar. Hari sudah mulai gelap, matahari enggan menampakkan sinarnya lagi.Terdapat banyak jalur yang menjadi pilihan menuju camp. Kami pun melewati lipatan yang curam dan disitutempat camp mulai terlihat, dan tepat pukul 17.30 kami sampai di tempat camp terakhir. Kami langsung melakukan tugas masing-masing. Pukul 20.00 kami makan malam. Setelah selesai dilanjutkan dengan EB yaitu pukul 21.30. Suasana EB begitu hening, karena tubuh yang capek dan tidak bisa melawan rasa kantuk sehingga banyak yang tertidur.Jam 01.00 EB di akhiri dan dilanjutkan dengan jadwal ronda secara bergiliran.


Selasa, 17 Januari 2012

Hari ini adalah hari terakhir Pemantapan Rock Climbing dan Navigasi Diksar XXVI. Jam 05.00 kami bangun dan mulai beranjak meninggalkan tempat tidur untuk melawan rasa dingin. Kami pun siap melakukan tugas masing-masing. Matahari seolah-olah malu enggan menampakkan sinarnya. Embun pagi membasahi daun dan ranting di sekeliling kami. Menunggu hidangan datang kami saling bercanda dan duduk saling berhadapan untuk mengusir kebekuan di pori-pori kulit kami.Selang beberapa waktu hidangan siap disajikan. Dengan posisi melingkar kami makan dengan bergantian.
Waktu sudah menunjukkan pukul 08.55, kami bergegas menuju tempat orienteering. Sampai di tempat tujuan, kami mendirikan flysheet dan menyiapkan perkap navigasi. Sebelum kegiatan orienteering dimulai, kami mendapat materi dari KakDede. Mengulas kembali materi-materi yang telah dipelajari. 20 menit telah berlalu, kegiatan pun kami mulai. Orienteering kali ini dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama beranggotakan Jaya, Dika dan Tika, sedangkan kelompok kedua beranggotakan Alva, Wawan, Destin dan Udin. Disuguhkanlah soal-soal untuk mencari poin yang harus kami kumpulkan. Setiap kelompok harus mengumpulkan lima poin berwarna merah dan bertali rafia biru. Soal ganjil untuk kelompok pertama dan soal genap untuk kelompok kedua. Kami mulai mencari koordinatnya dalam peta dengan menggunakan protaktor. Tak hanya itu kami juga harus mensinkronkan antara peta dan medan yang sebenarnya.
Seusai menemukan letak point demi poin dalam peta, kami melihat pada kompas, dan mencari sudut tembakan. Kami beranjak dari tempat duduk menuju letak poin pertama. Kelompok pertama menemukan poin pertama lebih awal dari kelompok kedua. Kelompok kedua masih sibuk mencari poin-poinnya dan selang beberapa waktu poin diketemukan juga. Menuju ke poin kedua, Jaya berjalan lebih awal menuju punggungan dikanan kami. Poin kelompok pertama yang berada di punggungan hampir ada puncak. Kami berlari menuju tempat tersebut dan ketemulah poin kedua. Sedangkan kelompok kedua masih mondar mandir mencari letak koordinatnya. Ketika mau membidik, Wawan sebagai kompasman sontak kaget melihat kompasnya sudah tidak ada pada tempat semula. Diam sejenak dan mengingat-ingat kemungkinan letak kompas saat jatuh. Menyusuri tiap jalan yang telah dilalui. Kanan, kiri, atas danbawah, namun tidak ada tanda-tanda keberadaan kompas tersebut.
Jaya, Tika dan Dika membantu mencari di rerumputan nan rimbun. Warna kompas yang sama dengan warna tanah pun menyulitkan kami untuk menemukannya. 20 menit berlangsung, kompas belum juga ditemukan. Jaya, Tika dan Dika sebagai kelompok pertama memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan mencari poin. Kelompok kedua tetap mencari kompas yang hilang. Kelompok pertama duduk sebentar, melakukan ormed dan orpet untuk mengetahui arah yang akan dituju. Poin ketiga terletak antara punggungan dan lipatan. Kami mencari jalur yang memungkinkan untuk dilalui. Turunlan Jaya, Tika, dan Dika ke lipatan. Kami menemukan jalan setapak, menyusuri jalan tersebut melewati tanah lapang, punggungan, dan beberapa lipatan, serta mengamati kanan dan kiri untuk mengetahui letak poin. Cukup lama kami mencarinya, sampai akhirnya kami melihat ada poin dan kami langsung menuju arah tersebut. Alhasil, hanya sebuah poin tipuan. Semangat dan tetap semangat kami mencari lagi.
Sawah yang hijau terbentang luas di depan kami. Sejenak kami menikmati keindahannya. Tiba-tiba Dika dan Tika dikagetkan oleh teriakan Jaya. “ Disini poinnya”, Dika dan Tika langsung berlari menuju poin tersebut. Tiga poin sudah ditangan. Saatnya poin keempat yang sudah menanti kedatangan kami. Berjalan kesawah mencari poin yang letaknya tidak jauh dari poin sebelumnya. Tepat di pipa bergelantungan poin keempat kami. Kami langsung mengambilnya dan menuju poin terakhir. Sementara itu kelompok kedua masih menyusuri sepanjang jalan mencari kompasnya. Poin terakhir berada di punggungan depan kami. Kami pun berlari menuju poin tersebut dan segera mengakhiri orienteeringkali ini. Tepat dikiri jalan terlihat jelas poin terakhir kami. Dika mengambil poin tersebut dan menalinya menjadi satu dengan empat poin sebelumnya. Tidak hanya itu tadi kami juga telah mengambil 3 poin milik kelompok kedua. Jadi total poin yang kelompok pertama peroleh adalah 8 poin.
Sampai di basecamp kami meluruskan kaki dan merebahkan badan. Hari sudah siang waktu menunjukkan pukul 12.10. Kelompok kedua belum tampak keberadaannya. Jaya sang koordinator menghubungi salah satu anggota dari kelompok kedua. Beberapa lama kemudian muncullah kelompok kedua dengan muka suram. Kompas yang hilang tidak berhasil ditemukan. Kami melakukan perundingan antar anggota, dan keputusannya adalah kami akan mengganti kompas tersebut dengan yang baru. Makan siang telah siap, bergantian kami memakannya. Setelah selesai dilanjutkan dengan evaluasi kegiatan. Masih banyak evaluasi yang kami terima untuk kami benahi kedepannya. Pukul 15.15 kami lanjutkan perjalanan menuju basecamp yaitu rumah Mbah Mo. Kami kembali dengan perasaan senang dan lega. Perjalanan di ladang sayur milik penduduk sangat indah. Sesampainya di rumah Mbah Mo kami mengambil alat RC, dan pukul 15.45 kami kembali ke kampus dengan mobil L300. Akhirnya kami sampai juga di Pink Office dengan keadaan selamat pada pukul 17.30. Kemudian kami langsung membersihkan alat RC, perkap umum dan perkap pribadi.
v Kami akhiri catatan kegiatan Pemantapan Rock Climbing dan Navigasi. Semoga kita semakin sadar dan saling mengingatkan, bahwa Pecinta Alam bukan gelar untuk gagah-gagahan dan sekedar simbol saja.
Jika pohon terakhir sudah ditebang,
Sungai terakhir sudah tercemar,
dan ikan terakhir sudah ditangkap,
Maka manusia akan sadar…
“UANG TIDAK DAPAT DIMAKAN”

0 komentar: